“Ainun dan saya bernaung di bawah cinta milik-Mu ini dipatri menjadi MANUNGGAL sepanjang masa. Hanya dengan tatapan mata saja tanpa berbicara sering dapat berkomunikasi langsung dan mengerti isi hati dan kehendak kami.
Film ini dianggakt dari buku yang berjudul sama yang ditulis oleh Bapak Bacharuddin Jusuf Habbibie. Film ini menceritakan banyak kisah, Habibie, Ainun dan Indonesia.
Habibie, sosok cerdas yang memiliki kemauan kuat untuk membingkatkan perkembangan Negara Tanah Airnya. Terlihat bagaimana bangsa asing memandang Indonesia yang bahkan namanya tidak pernah mereka dengar, tapi habibie mampu membelalakan mata mereka dengan penemuan hebatnya mengenai sayap pesawat dan kereta api. Negara lain sangat mengapresiasikan hasil pemikirannya, tapi bagaimana dengan bangsa ini? Habibie dengan sukarela membantu malah ditolak. Saat negara ini membutuhkan bahkan dia bersedia kembali dan tetap kembali kepada keadaan awal, negara ini sungguh tidak mengapresiasi putra bangsanya sendiri.
Film ini menampar wajah-wajah kita, lihat perbedaan antara bangsa kita dengan bangsa lain. Gambaran asli watak orang Indonesia begitu jelas di film ini. Mungkin benar jika dikatakan suatu kesalahan Habibie terjun di dunia politik yang sesungguhnya bukan dunianya, tapi haruskan negara memberikan hal-hal buruk terhadapkanya, ketika dia berhasil membuktikan pada dunia sesungguhnya jika kita mau kita bisa menjadi bangsa yang Mandiri.
masihkah ingat? saat habibie masuk ke gedung MPR untuk mempertanggung jawabakan jabatannya, saat itu dia masih menjadi kepala negara kita. Ingat bagaimana respon yang ada saat dia datang?, sorakan, sorakan disana sini. Bagaimana bisa, seorang kepala negara yang memiliki jabatan tertinggi disoraki oleh seluruh audiens yang datang. Kelakuan ini bagaikan kita mempermalukan diri sendiri.
"Kapan bangsa ini akan dewasa? lalu kapan akan Mandiri? tapi yang lebih penting belajarlah menghargai diri sendiri, lalu semuanya akan berubah"
I LOVE INDONESIA
