3.05.2017

The Art Of Getting By


 Tepat jam 02.10 pagi saat tulisan ini diketik pertama kali. Ya aku baru saja tamat menonton film The Art Of Getting By yang rilis tahun 2011 dengan rating imdb yang cukup rendah sebesar 6,6. 

Bukan karena aku penggila film, tapi karena penyakit ini masih belum sembuh, ya kelainan tidur yang sudah belasan tahun aku derita, setidaknya orang bisa tau dari mukaku yang memiliki lingkaran mata panda yang cukup besar, untungnya aku menggunakan kacamata sehari-hari, yaa setidaknya orang tidak akan terlalu memperhatikan mata pandaku.



Ya kembali pada cerita film ini, aku memutuskan untuk menonton film ini dari rekomendasi di google. Aku mencari film dengan durasi singkat (film ini hanya satu setengah jam), cerita ringan dan simple. Simple disini maksudnya aku mencari cerita remaja, karena cerita remaja yang sangat rumit pun akan selalu kalah dengan komplexnya kehidupan orang dewasa.

Setelah menonton film ini, hanya satu kata yang terpikir 'unik'. JIka harus kukatakan bagian mana, tidak ada. Cerita simple anak remaja tentang kehidupan sekolah, rumah dan kisah cinta. Yaa, semua remaja selalu menghadapi ketiga masalah itu secara bersamaan. 

Dari film ini aku suka karakter pemeran utamanya George (Freddie Highmore). Seorang remaja introvert, berpikiran terlalu simple tentang hidup dan seorang yang sangat cerdas baik akademik maupun non akademik. George memiliki quotes yang membuatnya memandang rendah hidup "We live alone, We die alone. Everything else is just an illusion". Menurutnya untuk apa bekerja terlalu keras jika hanya kematian yang kita tunggu. Hal ini membuatnya tak melakukan apapun dengan otaknya yang pintar. Kepala Sekolah mengetahui kemampuan tersembunyinya dan selalu memberinya kesempatan, walau selalu disia-siakan. Lalu dia berkenalan dengan Sally, bukan Sally yang lantas mengubah hidup George, karena dari yang ku tonton, George merubah dirinya karena ibunya. 

Sally mengajak George ikut dalam kegiatan pertemanannya, mulai dari pesta, dugem dan makan bersama saat makan siang. Sampai beberapa konflik muncul, seperti George yang kecewa dengan perkataan Sally mengenai perasaannya atau bahkan George yang akhirnya tahu jika Sally menjalin hubungan dengan Dustin orang tak diduga oleh George. Disini George dari awal paham bila dia menyukai Sally, namun Sally tak pernah mendapatkan pernyataan apapun, sampai akhirnya semua masalah timbul. George menghindar, namun masalah keluarganya yang hancur, kebangkrutan ayah tirinya dan hampir hancurnya pendidikannya. George bangkit setelah bertemu dengan Ibunya, membenahi sedikit demi sedikit masalah. George mulai dengan mendukung penuh Ibunya untuk menyelesaikan masalah yang terjadi pada keluarganya lalu menyelesaikan masalah akademiknya, menemui kepala sekolah untuk menyetujui syarat-syarat agar dia bisa lulus dari SMA dan melanjutkan ke jurusan seni. Dan yang terakhir masalah Sally. 

Film ini berakhir dengan kelulusan George, selesainya masalah keluarganya dan mendapatkan Sally, walau selalu ada hal yang tertinggal dari sebuah film. Film ini meninggalkan jejak 'apa yang terjadi dengan Sally?'. Cukup membingungkan jika membaca review ini. Sebenarnya saat membuat tulisan tentang berbagai macam film, aku bingung bagaimana cara menulisnya agar tak terlihat seperti sinopsis namun orang juga bisa mengerti sedikit alur ceritanya. Makanya, aku sellau berusaha menceritakan beberapa hal yang kusuka dan garis besar cerita filmnya dan membiarkan ceritany-cerita lainnya menjadi kejutan bagi penonton selanjutnya. 

Yaa, silahkan menonton filmnya. Good Night George.

Total Pageviews

Formulir Kontak

Name

Email *

Message *

Followers