6.01.2011

Ketakutan

Ketakutan ku dulu menjadi nyata sekarang. Tak salah jika dulu ku larut dalam tangis, seperti sekarang pun aku tetap larut didalamnya. Kemana semua pernyataan yang dulu dapat membuatku yakin jika semua ini tidak akan terjadi. Tidak ada yang mampu memberikanku penjelasan tentang semua ini. Terkunci rapatkah mulut kalian?. Bisakah kalian mempertanggung jawabkan semua ucapan kalian dulu?. Tak ada juga pergerakan. Apa gunanya almamater ini, apa guna berkata keluarga. Apakah kalian tengah menyusun rangkaian kata untuk dipresentasikan kepadaku?. Bagaimana jika aku menuntut penjelasan atas semua ini. Terpintas pikiranku tentang kalian, adakah kalian memang ingin semua ini terjadi kepadaku?. Terlalu irikah KAU tentang kehidupanku. Makian ini hanya seutas tulisan belaka, tak kan ada yang berubah dari hidupmu, namun bagaimana dengan aku? Hidupku berubah, hancur, dapatkah kau susun kembali. Sekarang kau meninggalkan sebuah kemungkinan kepadaku. Lalu kau berpidato dengan gagahnya menyatakan keberhasilanmu. Tak sadarkah kau gagal, gagal atas diriku dan mereka. Begitu membanggakan hal itu bagimu. Mulut besar yang selalu kau gunakan untuk mencibir, kini untuk ke-3 kalinya kau hancurkan diri kami. Begitu hina dirimu dimataku, tak ada lagi hormat atas dirimu sampai nanti aku dapatkan semuanya yang lebih baik.

Total Pageviews

Formulir Kontak

Name

Email *

Message *

Followers